Recent Posts

Berbagi Ide dan Gagasan Untuk Menginspirasi Anak Negeri

Kamis, 20 Juli 2023

Belajar Menulis Uncle Den

Mencetak Generasi Berilmu

Santri Pondok Ilmu Mengikuti Lomba Menghafal Alquran (dokpri)

 

JAKSEL. PONDOK LABU. Yayasan Pondok Ilmu menggelar kegiatan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam bersama para santri pada Rabu (19/7/2023) dengan tema Membangun Bersama Bangsa. Selain tausiah dan hiburan, para santri diberikan piala karena sudah mengikuti berbagai lomba yang digelar sebelumnya.


Turut hadir Pimpinan Hakim Agung RI, Achmad Jaka Mirdinata. Founder Komunitas Belajar Menulis, Deni Darmawan. Penceramah Ustadz Robby Kharisma dan tim shalawat Ad-Zikr.


Baca juga : Kombis Bagi-Bagi Buku ke Ponpes Tazkiyah Insani Pengasinan


Pimpinan Yayasan Pondok Ilmu Dr. Amaliyah, M.A disela sambutannya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah hadir dan mensukseskan acara ini. “Alhamdulilah, Yayasan Pondok Ilmu bisa mengadakan acara Tahun Baru Hijiriyah 1 Muharam. Para santri begitu antusias mengikuti lomba menghafal ayat Alquran dan puncaknya hari ini,” ujarnya.


Amaliyah berharap para santri kelak menjadi orang yang berilmu. “Semua santri yang belajar disini tidak dipungut biaya. Mereka belajar agama disini agar kelak menjadi orang yang berilmu dan berguna,” ujarnya.


Baca juga :  Menulis Hasil Seminar, Banyak Manfaatnya.


Sambutan juga datang dari Pimpinan Hakim Agung RI, Achmad Jaka Mirdinata. “Alhamdulilah bisa hadir di Pondok Ilmu. Semoga saya mendapat keberkahan dari tempat ini karena banyak para santri yang belajar agama disini,” terangnya.


Dalam tausiahnya, Robby menyampaikan keutamaan bulan Muharam. “Di bulan ini begitu banyak keutamaan, salah satunya tidak boleh berbuat buruk dan perbanyak amal shaleh, seperti shalat, puasa, sedekah, dan amal lainnya, sebab Allah akan melipatgandakan semua kebaikkan itu semua,” ujar Robby yang saat ini sedang kuliah S3 di UIN Syarif Hidayatullah.


Tausiah oleh Ust. Robby Kharim

Robby melanjutkan, bahwa Muharam juga banyak terjadi peristiwa yang penting. “Diantara peristiwa yang terjadi di bulan Muharam adalah diterimanya pertaubatan Nabi Adam Alahissalam. Diangkatnya Nabi Idris Alaihissalam ke tempat tertinggi. Berlabuhnya perahu Nabi Nuh Alaihissalam ketika terjadi banjir bandang. Terbelahnya lautan ketika Nabi Musa Alaihissalam dikejar oleh Fir’aun dan bala tentaranya, dan juga peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah,” ungkapnya.


Baca jugaMENUSA Gelar Seminar Belajar dan Kepenulisan


Sebelum ditutup dengan doa oleh Deni Darmawan. Deni bercerita tentang pengalamannya dari menjadi guru mengaji hingga menjadi dosen dan guru Intercultural School. “Semenjak SMA saya sudah mengajar anak-anak mengaji dekat mushola. Bahkan, ketika saya kuliah S1 dan S2 saya masih mengajar anak-anak mengaji. Saya juga pernah mengajar di TPA Ar-Radhia Pondok Indah dengan dua bahasa, Inggris dan Indonesia,” ungkapnya.


Deni juga mengisahkan, ia bisa seperti ini karena banyak doa dari semua para santri hingga kini ia menjadi dosen dan guru intercultural school. “Saya yakin, semua perjalanan hingga saat ini, adalah doa-doa dari orang tua saya, para guru dan para santri yang dulu pernah saya ajarkan,” tutur Deni yang juga Founder Kombis ketika berbicara di semua hadapan para santri, undangan dan wali murid Yayasan Pondok Ilmu.


Kontributor : Deni Darmawan


Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kombisindonesia.com

**)  Rubrik opini di KOMBIS Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 600 atau 700 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: belajarmenulisid@gmail.com

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi Kombis.

**) Bagi penulis yang artikelnya sering diterbitkan akan mendapat merchandise Kombis




Read More

Senin, 17 Juli 2023

Belajar Menulis Uncle Den

Literasi dan Numerasi

 


Guru jangan berhenti belajar dan terus meningkatkan kompetensi diri. Sejatinya, guru adalah sang pembelajar tanpa henti. Kepala sekolah perlu mendorong dan memotivasi agar guru mengikuti berbagai kegiatan, ya salah satunya kegiatan workshop.


Workshop adalah tempat kerja atau bisa juga disebut Bengkel. Ada juga yang menyebutnya workshop juga diartikan sebagai kegiatan yang didalamnya terdapat sekumpulan orang dengan keahlian tertentu yang mana dapat didefinisikan sebagai Lokakarya.



Hal itulah yang dilakukan oleh Lembaga UPTD SPF SMP Negeri 1 Satu Atap Botolinggo Bondowoso menggelar workshop pada Rabu (5/7/2023) agar kegiatan ini bisa meningkatkan kompetensi guru dan bisa memberikan dampak pada proses pembelajaran di sekolah kami. Diharapkan, kegiatan ini bisa menerapkan strategi dan metode pada semua mata pelajaran.


Instansi UPTD SPF SMP Negeri 1 satu Atap Botolinggo sebagai sekolah kecil terpencil yang berada di dalam sebuah daerah kecil yang huniannya agak begitu sepi.


Workshop Peningkatan Kompetensi Guru SMPN 1 Satu Atap Botolinggo

Sekolah dengan keadaan situasi hunian yang nyaman hening tanpa ada suara-suara sepeda motor mobil yang liar. Jadi untuk diadakan workshop di sini sangatlah nyaman, aman dan tentunya setiap pemaparan materi akan cepat terserap oleh peserta.


Baca juga : Bayar Satu Juta Supaya Mahir Menulis


Narasumber workshop kali ini adalah Pak Muhammad Hairul, MPd. Beliau adalah kepala sekolah dari SMP Negeri 1 Curahdami Bondowoso dan juga guru praktik. Segala pengalaman praktik selama mengajar bisa dijadikan pembelajaran oleh guru-guru di SMP Negeri 1 Satu Atap Botolinggo.


Pak Muhammad Hairul menjelaskan tentang literasi numerasi. Jika mendengar literasi bukan saja terkait dengan guru Bahasa Indonesia, atau mendengar numerasi, bukan saja terkait dengan guru matematika. Semua guru harus mengetahui dan berkolaborasi.


Baca juga : Makna Perpisahan Kelas


Dalam paparannya, Pak M. Khaerul menyampaikan, bagaimana peningkatan kompetensi guru dalam pemilihan metode atau strategi semua pelajaran dalam literasi dan numerasi?


Setiap guru harus bisa memberikan pemahaman kepada siswa terhadap teks atau bacaan, sehingga tidak disalahartikan. Misalnya, ada contoh kalimat, satu botol air keras dituangkan ke cacing lalu cacing mati, tentunya kalau siswa tidak diberikan pemahaman dia akan mengambil tindakan dari pemahamannya sendiri, apabila ia memiliki penyakit cacingan tentunya dia akan mengambil air keras dan diminumnya, wah apa jadinya kalau demikianNah, di sini tugas guru memberikan pemahaman tentang literasi dengan baik dari sebuah teks/bacaan.


Baca juga : Trik Menulis dan Menerbitkan Artikel


Untuk numerasinya, guru diminta untuk berkolaborasi di setiap mata pelajaran. Bisa saja guru Bahasa Indonesia akan memberikan tugas pertanyaan tentang pekerjaan orang tua, tentang jarak ke sekolah tentang berat badan, tentang tinggi badan. Lalu, dibuatlah sebuah grafik, tetapi tidak hanya grafik, bisa diagram venn atau kurva atau yang lainnya.


Banyak contohnya dan bisa dipraktikkan tentang  literasi dan numerasi. apabila hal ini dapat dipraktikkan oleh setiap guru SMP Negeri 1 Satu Atap Botolinggo, maka pemahaman liteasi dan numerasi akan terbangun dengan baik.


Baca juga : Webinar Penulisan Kreatif Bagi Mahasiswa Nusantara


Siswa bisa membaca dalam setiap gambar, simbol, grafik, atau apa saja yang ada di ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha yang kesemuanya itu berupa numerasi.


Dalam sesi pertanyaan, seorang guru bernama Ibu Selvi mengajukan pertanyaan tentang menghilangkan rasa malu siswa menjadi percaya diri. Menurut Pak Khaerul, apabila terjadi demikian mari kita apresiasi dulu anak-anak, ajari mereka duduk dengan tenang dan sampaikan apabila siswa MALU kita hilangkan huruf “ L”, terus minta diucapkan bersama-sama kepada siswa satu kelas menjadi MAU, kalau sudah MAU untuk maju ke depan kelas tentunya kita juga akan menambah huruf “ j”, menjadi MAJU.


Akhir dari workshop ini, Pak Khaerul menyampaikan kepada guru untuk setiap semesternya harus membuat produk dalam setiap mata pelajaran yang hubungannya dengan literasi dan numerasi.



Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat ada strategi atau metodenya berbasis produk dan berbasis masalah. Produknya bisa berwujud gambar-gambar, bisa berwujud grafik, kurva, diagram venn atau simbol-simbol yang lain. Bisa juga produk bisa berwujud video. Serta jangan lupa juga RPP yang berdiferensiasi.


Penulis : Sri Rahayu, S.Pd. (Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Satu Atap Botolinggo Bondowoso)

Editor : Deni Darmawan

 

Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kombisindonesia.com

**)  Rubrik opini di KOMBIS Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 600 atau 700 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: belajarmenulisid@gmail.com

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi Kombis.

**) Bagi penulis yang artikelnya sering diterbitkan akan mendapat merchandise Kombis.




Read More

Senin, 19 Juni 2023

Belajar Menulis Uncle Den

Hilangnya Fungsi Mendidik Bagi Guru

 




Sejatinya, guru adalah ujung tombak dalam proses Pendidikan. Guru dalam menjalankan beragam aktivitasnya bukanlah hal yang mudah. Guru dengan segala persoalan yang dihadapinya, perlu diperhatikan dari pemerintah dan masyarakat, mulai dari kesejahteraan guru, berbagai kasus yang mencoreng nama guru, hingga hilangnya fungsi mendidik bagi guru.

Isu-isu pendidikan, termasuk profesi guru tidak pernah habis dibicarakan. Apa yang dilakukan guru menjadi perhatian serius bagi masyarakat. Apalagi, ketika pemerintah mulai memperhatikan kesejahteraan guru, mereka dituntut agar professional dan tidak boleh salah dalam proses mendidik siswa.

Baca juga : Dedi Dwitagama : Gegara Komitmen Menulis di Blog, Bisa Diundang Keliling Indonesia dan Beberapa Negara

Dalam proses pembelajaran dan pembinaan, guru sering disalahartikan sehingga banyak yang menafsirkan lain dan tak sedikit beredar berita yang tidak bagus di media terkait kasus yang melibatkan seorang guru baik itu tindakan perundungan, penganiayaan, pelecehan hingga berakhir di meja hijau. Semua pemberitaan ini berdampak pada guru secara umum.

Perlu diingat, bahwa guru bukan saja mengajar atau mentransfer ilmu pengetahuan saja. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 bawa guru dan dosen tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi.  

Baca juga :  Kombis Bagi-Bagi Buku ke Ponpes Tazkiyah Insani Pengasinan

Guru juga manusia, yang kadang salah ketika melakukan pembinaan kepada siswanya dan beragam aktivitas yang dilakoninnya. Ketika guru salah bersikap terhadap siswa, maka akan dinilai sebagai perundungan. Sepatutnya masyarakat bersikap lebih bijaksana dan tidak berlebihan. Pemberitaan kesalahan guru kadang dilebih-lebihkan, tidak sesuai kenyataan dan menambah citra buruk guru.

Kita harus lebih obyektif ketika ada kasus guru di sekolah dan diberitakan bahkan diviralkan di media massa sehingga masyarakat bisa berkunjung ke media tersebut untuk mengetahui berita secara utuh.

UU No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak seolah-olah menjadi alat yang ampun dalam menghilangkan fungsi mendidik bagi guru. Jika salah sedikit, guru akan dilaporkan dengan berbagai aduan akibat perbuatan guru terhadap anaknya.

Baca juga :  JK Rowling Juga Rebahan

Sehingga guru harus berhati-hati dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan proses pembinaan agar tidak dinilai salah dan dianggap sebagai tindakan perundungan.

Hal ini tentu akan memberikan dampak bagi fungsi mendidik dan membina yang dilakukan guru. Jika fungsi ini hilang,  maka guru tidak akan maksimal dalam membentuk siswa yang berakhlak mulia.

Baca juga :  Teknik Menulis Reportase di Era Digital

Ketika ada guru yang melakukan proses pembinaan hingga melakukan pendekatan fisik, karena memang kesabaran guru terbatas. Seharusnya orang tua melihat persoalannya ini dengan luas dan bisa diselesaikan dengan kekeluargaan.

Mari kita sama-sama merenungi, bahwa proses pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara guru dan orang tua. Keduanya harus seiring sejalan agar proses pembelajaran dan pendidikan tercapai. Orang tua dan guru jangan menjadi musuh, dan jangan saling menanam dendam dan amarah dalam proses pendidikan.



Guru diberikan saran, arahan dan diingatkan jika memang ada hal yang kurang dalam proses pendidikan. Guru bisa mengubah pola mengajarnya dengan lebih menyenangkan dan tidak melakukan pendekatan fisik dalam menyelesaikan masalah. Lakukan pendekatan humanis agar pembelajaran lebih berkesan dan bermakna.

Peran orang tua dalam proses pendidikan sangat penting dalam memberikan perhatian dan dukungan kepada anak agar lebih semangat. Orang tua juga bisa melihat lebih jernih dan tidak menelan mentah-mentah ketika ada laporan dari anaknya.

Baca juga :  Kombis Gelar Webinar Series 4 Dari Blog Menjadi Buku

Orang tua diharapkan mampu bersikap bijaksana dan melakukan komunikasi dan kolaborasi antara pihak sekolah dalam proses pembinaan anaknya.

Guru mempunyai tugas yang tidak mudah dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas untuk menjadi pemimpin bangsa kelak. Guru juga mempunyai tanggung jawab besar dalam mendidik siswa. Peranya tidak hanya mengajar dan mentransfer ilmu pengetahuan, tapi juga mendidik siswa agar mempunyai karakter yang baik.

Jika perannya hanya sebatas mengajar, maka bisa digantikan dengan teknologi atau buku-buku pelajaran. Dalam proses mendidik, membina, guru tidak bisa digantikan dengan robot.



Ki Hajar Dewantara pernah mengungkapkan bahwa menjadi guru bukan saya mengajar untuk memberi pengetahuan saja, tapi juga mendidik agar siswa mandiri dalam mencari pengetahuan dan menggunakan untuk hal yang baik serta bermanfaat untuk kepentingan masyarakat.

Proses mengajar dan mendidik harus berjalan secara bersamaan. Jangan sampai hilang salah satunya.

Penulis : Hery Setyawan (guru di SMP Negeri 42 Jakarta dan CGP Angkatan 8 Provinsi DKI Jakarta)

Editor : Deni Darmawan  



Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kombisindonesia.com

**)  Rubrik opini di KOMBIS Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 600 atau 700 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: belajarmenulisid@gmail.com

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi Kombis.

**) Bagi penulis yang artikelnya sering diterbitkan akan mendapat merchandise Kombis.




 


Read More

Rabu, 14 Juni 2023

Belajar Menulis Uncle Den

Resensi Buku A+

 





Ananda Putri seorang novelis dari sebuah novel yang berjudul A+, gadis berusia 21 tahun asal kota Malang. Kini, ia sedang berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Malang yakni Universitas Brawijaya.


Sinopsis buku ini, cerita di awali dengan empat remaja yang bersaing secara ketat demi mendapatkan peringkat satu di SMA Bina Indonesia. Diantara tokoh-tokohnya yaitu :


1.       Re Dirgantara, peringkat pertama di SMA Bina Indonesia. Bukan murid kutu buku yang kalian bayangkan, karena dia lebih sering ikut tawuran dari pada ikut belajar di kelas.


2.      Kenan Aditya, peringkat kedua di SMA Bina Indonesia. Juara olimpiade, mantan ketua OSIS 1 tahun yang lalu, atlate basket, dan tentu saja mempunyai banyak penggemar wanita.


VBaca juga : Wahyu Pertama Sebagai Literasi Baca-Tulis


3.      Adinda Aletheia, peringkat ketiga di SMA Bina Indonesia. Sikapnya yang terkenal cukup arogan dan hoby nya yang selalu membuat onar sampai nyaris dikeluarkan dari sekolah karna kasus kekerasan. Cukup berbeda bukan dengan namanya yang anggun.


4.      Aurora Calista, peringkat keempat di SMA Bina Indonesia. Putri tunggal donatur sekolah, pemenang kompetisi balet Asian Grandprix, dan segala macam gelar lainnya. Sikapnya yang terkenal sok cantik, sok kaya, so populer, sok berkuasa membuat orang lain merasa terancam jika sudah berbuat masalah dengan Aurora.


Inti maslahnya adalah , Kalypso Dirgantari alias Kai seorang murid pindahan dari sekolah sebelah  harus berhadapan dengan empat orang gila. Hal ini gara-gara peringkat try out tiba-tiba tembus ke nomor satu.


Baca juga : Bacalah Dengan Menyebut Nama Tuhanmu


Kelebihan Buku


Novel A+ ini mempunyai kelebihan yang cukup berbeda dari novel-novel lainnya. Kebanyakan novel remaja lainnya menceritakan kisah Asmara cintanya dikala SMA, tapi novel A+ ini menceritakan tentang sekumpulan remaja yang berjuang untuk melawan sistem pararel sekolah.


Kalo kita lihat dari segi alur, dan segi tutur bahasanya yang  disampaikan sudah cukup  apik dan sederhana sehingga pembaca bisa lebih memahami dan bisa ikut serta kedalam alur ceritanya. Konflik kompleks dan permainan teka-teki yang disediakan membuat pembaca akan merasakan sensasi degdekan, penasaran, sedih, khawatir dan juga bahagia.


Baca juga : Bayar Satu Juta Supaya Mahir Menulis


Yang paling penting disini adalah bagaimana caranya penulis memasukkan pengetahuan – pengetahuan dalam narasi dan dialog tanpa adanya rasa kebosenan di dalam novel tersebut.

 

Kekurangan Buku


Novel A+ ini juga memliki kekurangannya tersendiri yaitu font tulisan yang terlalu kecil, terdapat bagian yang tersembunyi, epilog, kode batang dan bab tambahan yang harus dibaca dengan memindai kode batang yang telah tersedia di novel A+ ini, sehingga orang-orang yang membaca novel ini merasa tidak nyaman dan kehilangan kefokusan saat membaca novelnya karena harus bolak balik memindai kode batang.

 

Penulis : Siti Raudlatun Nahdliyah (Mahasiswi Ekonomi Syariah Unpam)

Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kombisindonesia.com

**)  Rubrik opini di KOMBIS Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 600 atau 700 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: belajarmenulisid@gmail.com

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi Kombis.

**) Bagi penulis yang artikelnya sering diterbitkan akan mendapat merchandise Kombis.






Read More

Senin, 12 Juni 2023

Belajar Menulis Uncle Den

Resensi Buku “Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja”

 






A.    Profil Penulis


Alvi Syahrin seorang novelis pria kelahiran Ambon, pada tanggal 20 Januari 1992. Saat ini Alvi Syahrin menetap dikota Surabaya untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


B.    Identitas Buku


Judul: Jika Kita Tidak Pernah Baik-Baik Saja. Penulis: Alvi Syahrin. Penerbit: Gagas Media. Jumlah halaman: 208 halaman


C.    Sinopsis Buku


Bagian pertama, patah hati, pengkhianatan, dan kehilangan. Perpisahan merupakan awal dan akhir perjalanan. Perpisahan merupakan akhir dari hubungan yang telah dijalin, dibangun, yang didasarkan rasa cinta, saling memahami, selalu mendampingi, dan saling menyakiti. Kita semua pernah mengalami krisis, tak pernah baik-baik saja menerima keadaan, dan menyalahkan diri sendiri. 


Bagian kedua, letting go atau melepaskan. Melepaskan dan berdamai dengan masa lalu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Melepaskan dan berdamai dengan masa lalu tidak hanya sekedar kamu bisa mengucapkan “aku sudah melepaskannya, aku sudah berdamai dengan masa lalu dan rasa sakit yang aku rasakan”.


Bagian ketiga, kebahagiaan yang telah lama hilang. Sesungguhnya tujuan hidup bukanlah kebahagiaan. Namun, itu juga bukan berarti kita menutup semua jalan untuk dapat merasa bahagia.


Bagian keempat, self-love. Bagaimana caranya aku dapat mencintai diriku sendiri jika kerap kali aku melakukan kesalahan yang sama terus menerus? Bagaimana aku dapat menerima kekuranganku yang sangat buruk? Bagaimana aku bisa mencintai diriku sendiri jika aku saja tak menyukai diriku sendiri?


Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, mengajak kita mengenal arti kecewa dan bahagia demi mencintai diri sendiri dan sesuatu yang lebih dari segalanya.


D.   Kelebihan Buku


Gaya bahasa yang digunakan Alvi Syahrin dalam menuliskan buku Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja adalah gaya bahasa yang santai layaknya sedang bercerita kepada seorang teman. Melalui gaya bahasa seperti ini, Alvi mampu menarik para pembacanya untuk menghayati tiap-tiap cerita yang diibaratkan seperti curhatan dari seorang teman yang dapat menjadi pelajaran bagi para pembaca.


Alvi Syahrin menuliskan buku ini secara runtut dan rapih, dengan dimualai memaparkan pembukaan yang berupa masalah, lalu dilanjutkan dengan pemaparan pencairan solusi atas permasalahan tersebut, dan pada akhirnya ditutup dengan penerimaan? Cara bercerita Alvi ini dapat membuat para pembacanya memahami secara jelas keadaan yang digambarkannya.


E.    Kekurangan Buku


Dalam Buku Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, gaya penuturan Alvi Syahrin dinilai sedikit berbeda dibandingkan kedua buku sebelumnya, Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa dan Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta. Gaya penuturan Alvi pada buku ini dinilai menjadi terlalu singkat.


Memang Alvi menyampaikan ceritanya secara to the point, tapi penuturan dalam buku ini terlalu singkat sehingga membuat para pembaca kurang bisa mendalami secara emosional masing-masig ceritanya.


Penulis : Nazwa Sania (Mahasiswi Ekonomi Syariah Unpam)

Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kombisindonesia.com

**)  Rubrik opini di KOMBIS Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 600 atau 700 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: belajarmenulisid@gmail.com

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi Kombis.






Read More