Menumbuhkan Minat Menulis

Menulis itu Soal Kebiasaan. Bisa Karena Terbiasa.

Menumbuhkan minat menulis tidak instans. Dibutuhkan berbagai cara, trik dan strategi agar minat menulis bisa tumbuh.

Jika menulis sudah terbangun dan menjadi hobi, maka akan banyak hal yang menguntungkan untuk kita

"Menulis itu prosesnya tidak instans. Dibutuhkan usaha bahkan trik, agar minat menulis bisa tumbuh bahkan bisa menjadi hobi dan passion" ujar Deni Darmawan ketika menyampaikan ke mahasiswa Prodi Administrasi Perkantoran Universitas Pamulang Kampus 2 di gedung Viktor lantai 8 ruang Anggrek dalam acara Ngobrol Pintar Prodi (Ngopi).

Dalam pemaparannya, Deni menyampaikan bahwa menulis itu dibutuhkan dorongan bahkan paksaan. "Menumbuhkan passion menulis memang tidak mudah, apalagi di negeri kita. Menulis sepertinya masih hal yang sulit. Agar minat menulis bisa tumbuh, dibutuhkan usaha yang keras, bahkan juga ancaman. Misalnya, seorang dosen yang memberikan tugas menulis artikel agar mahasiswa mendapat nilai. Seorang guru yang memberikan tugas mengarang agar bisa memperoleh nilai. Minat menulis harus dibangun agar muncul kesadaran" terang Deni yang juga menulis buku Kepemimpinan.

Deni memberikan tips untuk menumbuhkan minat menulis. "Cobalah bergabung dengan komunitas menulis. Mengikuti berbagai pelatihan kepenulisan. Banyak ikut pelatihan, workshop, seminar digelar melalui grup Whatsapp dan webinar. Berbayar atau gratis bisa kita ikuti. Carilah mentor atau teman yang juga hobi menulis, maka kita pun terus termotivasi untuk belajar menulis" ujarnya.

Deni pun memberikan cara mudah untuk menulis. "Menulis itu gampang, asal kita tahu tahapan dan prosesnya. Cobalah dari menulis hal yang ringan,hal yang kita senangi. sukai dan kuasai. Mulailah dari menulis buku diary. Catatlah setiap kejadian kecil yang menarik dalam hidup kita. Kemudian menulis di majalah dinding (mading), kemudian menulis di blog. Jika sudah semakin mahir, ikutilah loma menulis dan menulislah artikel populer di media massa. Jika kita sudah banyak diterbitkan oleh media massa, maka pertanda tulisan kita sudah diterima oleh masyarakat. Langkah selanjutnya, cobalah menulis buku bersama (buku antologi), satu buku kita mendapatkan satu naskah untuk menulis sesuai tema tertentu. Jika sudah pengalaman menulis buku antologi, baru kita menulis buku sendiri (buku solo), ungkap Deni yang baru saja meluncurkan buku ke-5-nya Kreativitas Menulis Kaum Rebahan.

Deni sempat kecewa, ketika menjadi juri artikel opini, sedikit sekali mahasiswa yang mengirim artikelnya. "Saya cukup kaget, lomba menulis artikel opini untuk mahasiswa bisa dihitung oleh jari. Ini menandakan, bahwa menulis belum menjadi budaya dikalangan mahasiswa. Harusnya, lomba dijadikan wadah belajar dan pengalaman. Jangan takut mencoba. Beranikan diri agar kita terus belajar dari kesalahan kita" terang Deni yang juga mengampu matkul Penulisan Kreatif.

Seperti biasanya, di akhir acara Deni memberikan buku kepada mahasiswa yang memberikan pertanyaan terbaik. Kegiatan sharing menulis harus selalu digalakkan di kalangan mahasiswa agar muncul budaya menulis. Sehingga, jika menulis tugas akhir atau skripsi bukan lagi momok menakutkan tapi menjadi hal yang menyenangkan.