Flyer Matsama Mts Mathaul Anwar (dokpri) |
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathlaul Anwar
menggelar kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) pada Rabu (17/7/2024) di
jalan H. Rean No.111 RT 03 RW 01 Benda Baru Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan. Kegiatan ini menghadirkan narasumber Deni Darmawan yang menyampaikan
materi Stop Perundungan (Bullying) di Sekolah.
Dalam paparannya, Deni melakukan interaksi dan
diskusi kepada siswa mengenai apa itu perundungan atau bullying.
“Sebelum kita bahas tentang perundungan, adakah diantara kalian yang tahu apa
itu perundungan?. Berbagai pendapat disampaikan oleh siswa. Perundungan yaitu
suka memukul, mengejak, mengintimidasi, mencaci-maki, dan perbuatan menyakiti
yang diulang-ulang,” ujar Deni ketika menyimpulkan beragam pendapat dari siswa.
Begitu banyak pengertian perundungan yang
disampaikan dari berbagai para ahli. “Perundungan atau bullying adalah sebuah
tindakan yang merugikan orang lain dengan cara menyakiti, mengancam, kekerasan
kontak fisik, menghina, yang semua itu dilakukan dengan sengaja, baik tatap
muka atau di media sosial (cyberbullying) yang dilakukan lebih dari sekali,”
ungkap Deni Darmawan yang sudah membina puluhan mahasiswa menulis reportase dan
opini.
Deni Darmawan saat menyampaikan materi di PLS Matsama MTs Mathaul Anwar (dokpri) |
Deni melanjutkan, bahwa perundungan itu
bentuknya macam-macam. “Bentuknya bisa secara fisik dengan menganiaya kontak
fisik seperti memukul, menjambak, mendorong dan tindakan lainnya yang tidak
menyenangkan. Secara verbal dilakukan secara ucapan atau kata-kata seperti
mengejek, merendahkan, menghina, mencemooh, dan ucapan buruk lainnya. Secara
psikis korban dipermalukan, dicibir, dilecehkan, sentimen dan tindakan psikis
lainnya,” ungkap Deni Darmawan yang juga suka menulis buku religi dan literasi.
Menurut Deni, ada beberapa sebab munculnya
perundungan di lingkungan sekolah. “Biasanya ada rasa senioritas di sekolah
yang menjadi tradisi turun-temurun memperlakukan adik kelas semena-mena. Karena
ada perlakukan sama dari kakak kelas, adik kelas melakukan yang sama suatu saat
ini. Ada siswa yang ingin berkuasa dan ujuk gigi (superior). Ada dorongan
mendapatkan pujian dan kepuasan, dan dianggap mengganggu kelompoknya (gank)
apalagi dihina,” jelas Deni yang sudah mengikuti Standardisasi Da’i MUI.
Deni melanjut, dampak dari perundungan atau bullying
ini jika dibiarkan akan berbahaya dan bisa beresiko kematian. “Secara fisik
akan terluka, cedera dan sakit. Secara kejiwaan (psikis) akan tidak nyaman,
galau, resah, takut dan cemas. Secara sosial akan grogi, pendiam, minder,
tertutup dan suka menyendiri. Secara prestasi belajar akan menurun, tidak bisa
konsentrasi, nilai anjlok, dan bisa jadi tidak naik kelas. Hal ini sangat
beresiko hingga bisa berujung pada kematian” ujar Deni.
Deni memberikan tips untuk melakukan
perlawanan jika ada perundungan. “Kita harus percaya diri, jangan lemah jika
diremehkan, miliki ketahanan diri. Bersikaplah tenang, jangan emosi, tolonglah
jika ada siswa yang menjadi korban, jika membahayakan diri cobalah teriak, lari
cari pertolongan, kemudian ingatlah dengan mencatat tempat dan orang-orang yang
melakukan perundungan untuk segera dilaporan ke pihak sekolah, guru, orang
tua, atau pihak berjawib,” pungkasnya.
Diakhir acara ada pembagian hadiah bagi siswa
yang aktif dan kooperatif mengikuti kegiatan ini dari awal hingga selesai.
Siswa begitu antusias mengikuti kegiatan ini karena narasumber sangat
komunikatif dan interaktif sehingga siswa tidak merasa bosan.
Penulis : Deni Darmawan (Trainer Pojok
Literasi Sekolah dan Standardisasi Da’i MUI)
Sumber berita : www. apakabarnusantara.com silahkan klik disini