Karikatur Ngainun Naim/ Ilustrator Deni Darmawan (dokpri) |
“Menulis itu mudah, asal tahu resepny,” ujar Prof. Dr. Ngainun Naim, seorang guru besar UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang memberikan materi “Menulis itu Mudah” pada Rabu (25/1/2023) kepada seluruh peserta Komunitas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) angkatan ke-28 melalui Whatsapp group.
Ia pun membagi resep agar menulis menjadi
mudah. Resep pertama, menulislah yang dialami. Kedua,
menulis tentang
perjalanan. Ke-tiga, jangan menulis smabil dibaca lalu edit. Ke-empat, menulis secara ngemil. Jika semua resep itu bisa kita lakukan, insyaAllah menulis jadi
lebih mudah.
Ngainun
memberikan resep menulis itu mudah. Pertama, menulislah yang kita alami dan
kita ketahui. Ceritakan kisah atau peristiwa yang kita alami, kita rasakan , dengar
dan lihat. Misalnya, hari ini kita bertemu dengan penulis favorit kita, maka tulislah
suasana kebahagiaan itu, apa yang kita alami dan rasakan.
Begitu juga dengan hal-hal yang kita ketahui. Semakin banyak kita tahu sesuatu hal, maka akan semakin mudah kita menuliskannya. Proses membaca dan berdiskusi dengan para ahli sangat penting untuk memperoleh pengetahuan seluas-luasnya.
Ke-dua,
menulis tentang perjalanan. Ketika kita pergi ke suatu tempat yang indah, maka
tulislah. Ketika pergi haji atau umroh, maka apa yang lakukan, lihat, rasakan
dalam perjalanan bisa kita tulis. Jika ketika berada di dalam bus, di tengah perjalanan
bisa kita tulis di aplikasi notebook di ponsel pintar, atau kertas dengan
mencata item-item yang akan kita uraikan saat suasana sudah tenang dan nyaman.
Ke-tiga,
menulis sambil dibaca lalu diedit. Yang membuat tulisan tidak selesai jika
menulis sambil dibaca dan diedit. Menulis, membaca dan mengedit adalah hal yang
berbeda. Ngainun memberikan saran, agar menulislah dulu semua ide dan gagasan
kita yang muncul. Jangan bersamaan sambil menulis, dibaca dan diedit. Tapi tulislah
dulu hingga selesai, lalu endapkan. Kemudian, ke-esokkanny atau di lain waktu
kita bisa membaca kembali dan mengeditnya. InsyaAllah, beres.
Ke-empat,
menulis secara ngemil. Ibaratnya, seperti ngemil kacang. Sedikit-sedikit,
lama-lama habis juga. Menulis setiap hari, walaupun hanya satu atau dua
paragraf. Ngainun selalu menulis jurnal 1 atau 2 paragraf, siangnya ketika
sampai kantor, ia menulis blog hanya beberapa paragraf saja.
Walaupun cuma
sedikit, yang penting menulis setiap hari. Menulis setiap hari bisa dilakukan
di pagi hari atau malam hari. Kita bisa pilih waktu senyaman mungkin agar bisa
menulis setiap hari. Menulis seperti cara ngemil, akan mempermudah kita menulis
apa saja. Jika tulisan kita sudah banyak, maka bisa kita bukukan.
Menurut Ngainun, kunci pertama adalah mindset
yang menentukan sudut pandang terhadap sesuatu hal. Apakah menulis itu mudah
atau sulit, tergantung mindset-nya. Jika mindset kita bilang menulis itu mudah, maka menulis itu akan
mudah. Jika mindset sudah bilang menulis susah, maka akan susah. Yakinlah dalam
diri, ucapkan dan buatlah semacam tulisan dan tempel di dinding bahwa menulis
itu mudah.
Tekad yang
kuat itu akan menepis hambatan psikis seperti merasa takut, malu, merasa jelek,
rasa malas, merasa gak bisa, dan semua perasaan yang muncul dari psikis. Awal
menulis akan banyak kekhawatiran, dan pikiran yang aneh-aneh yang muncul.
Menurut Ngainun, cobalah berani untuk menulis agar muncul kepercayaan diri.
Bukankah dulu, saat kita pertama kali mengajar malah gak karuan, kebingungan
harus ngapain. Akhirnya, kita pun bisa mengajar dan menyesuaikan dengan
keadaan.
Kunci
ke-tiga adalah banyak membaca. Membaca
dengan cara dinikmati. Mau cepat atau lambat, harus bisa dinikmati dan bisa
mengambil kesimpulan dari ide dan gagasan yang disampaikan. Seorang penulis
harus banyak membaca. Semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya, maka akan
semakin mudah menuliskannya.
Membaca
bukan soal khatam saja, tapi bisakah kita mengambil pesan, ide dan gagasan dari
sebuah buku yang kita baca kemudin diuraikan kembali dengan gaya bahasa kita.
Untuk bisa mengambil kesimpulan dari apa yang kita baca, maka harus dinikmati,
dihayati dan diresapi. Buat apa baca cepat tapi tidak bisa dinikmati.
Orang yang banyak membaca tapi tidak menulis, ibarat pohon subur tapi tidak berbuah. Orang yang banyak membaca tapi menulis, ibarat pohon yang subur dan berbuah. Membaca dan menulis seperti dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Kunci
ke-empat adalah menambah jam terbang. Ibarat supir yang menyetir mobil dengan
halus dan nyaman, maka jam terbang menyetir mobil sudah tinggi. Begitu juga
menulis, kunci agar menulis itu mudah selalu menambah jam terbang untuk terus
praktik menulis setiap hari. Seorang sejarawan Kuntojoyo mengatakan, agar bisa
menulis yaitu membaca, menulis, menulis, membaca, menulis dan menulis.
Kunci
ke-lima adalah sabar menjalani proses menulis. Kesabaran yang disertai keuletan
akan membuahkan hasil. Proses untuk bisa menulis yang enak dibaca dibutuhkan waktu,
prosensya tidak instans. Semua butuh pengorbanan, keuletan dan tahan banting.
Sabar menjadi kunci agar proses menulis menjadi mudah. Ke-lima kunci itu jika
kita lakukan, maka menulis akan lebih mudah, InsyaAllah.