Masjid Al-Mukhlisin Komplek Deplu Gandaria Selatan |
“Indonesia adalah negara yang besar, majemuk
dan beragam, ” ujar Deni Darmawan ketika menyampaikan khutbah dengan judul
Persatuan dan Toleransi di Masjid Al-Mukhlisin Komplek Deplu Jalan Cendrawasih Gandaria
Selatan Jak-Sel pada Jum’at (16/8/2024).
Dalam isi khutbahnya, Deni Darmawan menyampaikan
tentang pentingnya merawat persatuan dan toleransi di tengah keberagaman.
“Indonesia tidak hanya mempunyai penduduk muslim terbesar di dunia, tapi juga
mempunyai keberagaman budaya, etnis, suku dan agama. Di tengah keberagaman itu,
Indonesia masih menjadi negara yang toleran,” kata Deni yang sudah mengikuti standardisasi
Da’i MUI.
Baca juga : Meneladani Etos Kerja Sa'ad bin Mu'adz
Perbedaan adalah keniscayaan dan itu bagian
dari rahmat-Nya. Alquran sudah memberikan informasi tentang keberagaman ini
agar setiap manusia bisa saling memahami, menghargai dan menghormati. Sehingga
akan muncul kolaborasi, kerjasama dan harmonisasi bermasyarakat dan bernegara.
“Di dalam surat al-Hujurat ayat 13, Allah
menciptakan laki-laki dan perempuan dan menjadikan manusia berbangsa-bangsa,
bersuku-suku, untuk saling mengenal mengenal satu dengan yang lainnya. Imam
Nawawi al-Bantani menafsirkan bahwa litaa’arofuu yakni saling kenal
mengenal tanpa membangga-banggakan etnis, suku, budaya dan keturunan
masing-masing,” lanjut Deni Darmawan.
Deni Darmawan saat menyampaikan khutbah di Masjid Al-Mukhlisin |
Indonesia kini sudah merdeka yang ke-79 tahun.
Di usianya ini, merawat persatuan adalah keharusan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Caranya dengan cara bersyukur atas semua nikmat kemerdekaan yang
diberikan Allah agar warga Indonesia makin beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif.
“Kokohkan dengan taat kepada Allah dan jauhi
maksiat serta hal buruk lainnya. Mengisi kemerdekaan tidak hanya lomba 17
Agustus yang setiap tahun kita gelar, tapi juga memberikan kontribusi bagi
negera ini agar terus maju dan melaju. Kita harus apresiasi anak bangsa yang
mendapat medali emas di Olimpiade Paris 2024,” terang Deni Darmawan yang sering
mengisi kegiatan Pojok Literasi di berbagai sekolah.
Baca juga : Deni Darmawan : Momentum Muharam Sebagai Perbaikan dan Peningkatan Kualitas Diri
Salah satu untuk merawat persatuan yaitu
mengedepankan sikap toleran atau toleransi. Indonesia dikenal sebagai negara
yang toleran karena masih menjaga keutuhan di tengah keberagaman agar
terciptanya kerukunan dan keharmonisasian.
“Dulu, KH. Ali Mustofa Yaqub pernah mengajak
Presiden Obama bersama istrinya, Michelle Obama, mengelilingi masjid Istiqlal. Tidak
jauh dari masjid ada gereja Katedral Jakarta. Kiai Ali Mustofa Yaqub menceritakan
bahwa kedua tempat beribadah tersebut menjadi simbol toleransi dan harmonisasi
di Indonesia,” ungkap Deni Darmawan di depan jamaah salat Jum’at masjid
Al-Mukhlisin.
Masjid Al-Mukhlisin tampak luar dan dalam (dokpri) |
Ada yang yang menarik yang pernah disampaikan
oleh almarhum KH. Hasyim Muzadi tentang toleransi. Tim Komisi Dakwah dan
Pengembangan MUI menulis buku yang berjudul Islam Wasathiyah (2019), bahwa KH.
Hasyim Muzadi mengklasifikasikan toleransi ada dua macam yaitu idelogis dan sosiologis.
“Toleransi ideologis merupakan sikap toleran antar
umat Islam sendiri dan non-muslim. Perbedaan internal umat Islam biasanya perbedaan dalam hal
praktik pengamalan ibadah seperti NU dan Muhammadiyah dalam hal qunut salat
subuh. Sedangkan toleransi antar umat Islam dan non-Muslim berusaha saling mengerti
tapi tidak saling memaksa. Toleransi sosiologis berkaitan dengan sikap toleran,
inklusif, menerima pendapat orang lain, terbuka terhadap segala sesuatu hal di
tengah keberagaman sosio-kultural,” ujarnya.
Dalam sejarah peradaban Islam, Nabi ketika di
Madinah mampu mengayomi dan menciptakan situasi dan kondisi masyarakat yang
tenang, damai dan harmonis, padahal sebelumnya Madinah (dulu Yastrib) pernah ditinggali
oleh pemeluk agama lain seperti Yahudi dan Kristen.
“Kehidupan saat Nabi di Madinah di awal hijrah
bisa menjadi contoh bagi kita semua. Mari kita rawat persatuan di momen
kemerdekaan yang ke-79 ini, dengan terus mengedepankan sikap toleran agar
terciptanya kerukunan, perdamaian, ketenangan, dan saling menolong di negara
pertiwi yang kita sama-sama kita cintai ini,” tutup Deni yang sudah menulis
buku tentang literasi dan religi.
**) Rubrik opini di KOMBIS Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 600 atau 700 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: belajarmenulisid@gmail.com
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi Kombis.
**) Bagi penulis yang artikelnya sering diterbitkan akan mendapat merchandise Kombis.